01 Mei 2009

KETIKA SYETAN MEMBENTANGKAN SAJADAH

Assalamu Alaikum Wr.Wb

Hari itu Jum'at, ketika saya memasuki pintu Masjid seorang remaja Masjid menyodorkan lembaran kertas putih yang bertuliskan:

"KETIKA SYETAN MEMBENTANGKAN SAJADAH"

Siang menjelang Dzuhur. Salah satu syetan ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum'at, saat berkumpulnya orang. Syetan sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Syetan menjelma menjadi ratusan bentuk dan masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.
Pada setiap orang, syetan juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Syetan juga menempel di setiap sajadah.
"Hai,syetan.!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Syetan merasa terusik,
"Kau kerjakan saja tugasmu,Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya, ini hak saya untuk mengganggu orang dalam Masjid ini.!", jawab syetan ketus.
"Ini rumah Allah,syetan.! Tempat yang suci, Kalau kau mau ganggu, kau bisa di luar nanti.!" Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini adalah uji coba sistem baru, saya sedang menerapkan cara baru untuk menjerat kaummu".
Dengan apa.? Kata Kiai.
"Dengan Sajadah..!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan Sajadah,Syetan.?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri Sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar.!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai."
"Bukan itu saja, Kiai.."
"Lalu.?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer Sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat Sajadah yang lebar-lebar.."
"Untuk apa.?"
"Supaya saya bisa berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin,Kiai..!" Selain itu, saya akan lebih leluasa masuk dalam barisan Sholat. Dengan Sajadah yang lebar maka barisan Shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenggangan itu, di situ saya bisa ikut membentangkan Sajadah.."

Dialog syetan dan kiai sesaat terputus.

Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya melakukan Sholat sunnat.
"Nah, lihat itu Kiai.!",syetan memulai dialog lagi.
"Yang mana.?"
"Dua orang yang sedang Sholat sunnat itu, mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk di antara mereka".
Syetan lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan Sholat sunnat. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan syetan sebelumnya. Pemilik sajadah lebar,rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahnya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada dibawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil melakukan hal serupa.
"Astaghfirullahal adziiim", ujar sang Kiai pelan.

Hikmah yang bisa di ambil.

Gambaran dialog di atas sudah mulai banyak terjadi di Masyarakat kita. Saat Sholat berjamaah tiba, ada jamaah yang membawa sajadah yang justru tidak menambah rapat shaf melainkan merenggangkan shaf. Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: "Luruskan shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian, tutuplah lobang-lobang shaf kalian dan janganlah kamu biarkan renggang shafmu karena akan ditempati syetan. Barangsiapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya. Dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya." (HR. Abu Dawud).
Sajadah awalnya memang berfungsi sebagai alas untuk Sholat. Namun seiring dengan semakin berkembangnya industri sajadah yang pasti melahirkan kompetisi antara produsen sajadah, maka sajadah saat ini mulai bercorak ragam dan berbagai macam ukuran. Hingga bisa di lihat bahwa pemakaian sajadah sudah tidak lagi sesuai fungsinya semula. Fungsinya lebih kepada semangat individualisme, pamer, dan mengabaikan toleransi dalam berukhuwah. Meskipun juga ada yang tetap mengedepankan sajadah sesuai dengan fungsinya sebagai alat Sholat saja.
Sebagai contoh, bila seorang jamaah membentangkan sajadah, seolah-olah ingin mengatakan "ini wilayah sujudku.!" Sehingga bila terdapat banyak jamaah yang memakai sajadah, bisa terlihat mereka bershaf rapi tetapi berdiri pada sajadahnya masing-masing. Dan dapat dipastikan, bukan merapat kaki-kakinya melainkan merapat sajadah-sajadahnya. Disinilah salah satu faktor ketidaksempurnaan Sholat berjamaah..
Bila anda memutuskan untuk membawa sajadah saat Sholat berjamaah, pastikan bahwa sajadah yang anda bawa tidak memutuskan shaf, dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar jamaah..
Wallahu a'lam bishowab.

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar